Sabtu, 25 Juli 2009

ITB chapter 2

Mengambil kartu Peserta Ujian

entah dari mana aku harus memulai kisah ini, semuanya memberikan banyak sekali pelajaran.

ketika finalisasi selesai, mau tak mau aku harus mengambil kartu ujian langsung ke ITB, tak boleh diwakilkan. padahal kondisi keuanganku ketika itu sedang pailit. terpaksalah aku meminjam uang ke Ninik. Tak besar hanya Rp. 130.000.

jalan baru di pasar rebo ialah tempat aku menunggu bus jurusan Bandung. Tadinya aku biasa menunggu di UKI. Namun berhubung ada unjuk rasa menentang SBY, mau tak mau aku menunggu bus di pasar rebo.

harga bus seperti biasa, Rp. 25.000.

di perjalanan aku duduk sendiri di samping jendela. ruangan bus cukup sejuk, karena aku menaiki bus patas AC. Kulemparkan pandangku jauh keluar jendela bus. Entah kemana, fikiranku melayang. Mengkhayal sesuatu yang tak jelas asalnya.

turun di padalarang. namun hanya naik 2 kendaraan lagi untuk sampai ke Kampus ITB. Karena kenek bus menyarankan aku untuk naik bus jurusan cirebon, lalu aku turun di jalan tamansari.


setelah sampai di kampus ITB, nasib sial menghadangku, aku tak diijinkan mengambil kartu peserta ujian jikalau memakai sandal. Sial.

pusing memikirkan hal tersebut, akhirnya aku singgah di warung nasi uduk tak jauh dari kampus ITB untuk makan mengusir rasa lapar yang sangat karena dari tadi pagi perutku tak sempat bertatapan dengan nasi.

setelah kupikirkan, akhirnya aku menyewa sepatu calo yang menjajakan buku panduan ujian ITB, Rp. 15.000.

setelah bertanya kesana-kemari akhirnya tiba juga aku di loket antri. Masya allah, panjang sekali antriannya....

ternyata antrian dilakukan 2 kali. pertama untuk registrasi, baru kemudian pengambilan kartu.


ketika mengantri aku berkenalan dengan teman di depanku dari Jakarta. Hossam. ternyata ia juga berasal dari Jakarta, tepatnya Utan Kayu. selama mengantri, aku banyak bercakap-cakap dengan sam(panggilan hossam). Untung, ketika antri kali kedua aku dan Sam juga berbarengan.

aku dan sam baru mendpatakan kartu peserta ujian sekitar jam 4 lewat. Kami shalat ashar bersama.

kami memang satu arah, jadinya kami pulang bersama. Sam kali itu diantar oleh Ayahnya.

di perjalanan menuju stasiun kereta kami bertiga banyak berbicara tentang ITB. ketiaka turun dari angkot ayah Sam yang membayarnya. Tak enak aku dibuatnya. Setelah memsan tiket kereta api ayah sam juga yang membayarnya. Padahal ketika itu aku telah menyodorkan uang lima puluh ribuan.

"tak usah, kamu belum bisa mencari uang, biar saya yang ongkosi". ucap ayah sam.


dihitung-hitung, aku hanya mengeluarkan uang sekitar Rp. 70.000 saja.
Subhanallah, dikeadaanku yang sedang pailit ada juga orang yang berbaik hati kepadaku.

kami berpisah di stasiun Jatinegara.

terima kasih Sam, terima kasih Ayah Sam.

0 komentar: