Senin, 24 Agustus 2009

Setitik Noktah dari Atap Tertinggi

kabut itu sedikit menebal,
ketika kaki kami melewatinya
udara itu lebih dingin ketika kami menyumbunya
dan sebuah tekad hanyalah sebuah tekad

ketika jiwa ingin menggapai singgasana awan
namun kaki letih dengan segala beban
ketika mata terbelalak puas badan ini ambruk

ranukumbolo akan selalu tenang,
ketika badai menerjang hutan pinus sekitarnya
oro-oro ombo akan selalu menampilkan kegersangannya yang dingin
dan badai pasir itu akan selalu berputar di titik tertinggimu

ketika kami terseok-seok menahan beban,
ketika udara dingin menguliti kulit kami,
ketika keletihan mengubur segala senyum dan tawa
namun, ketika hangatnya api menyala, disitu persahabatan kami berada.


ranupani, 18 Agustus 2009

0 komentar: